Kopi Liberika
Kopi Liberika adalah jenis kopi yang dihasilkan oleh tanaman Coffea liberica. Kopi ini disebut-sebut berasal dari tanaman kopi liar di daerah Liberia. Padahal sebenarnya ditemukan juga tumbuh secara liar di daerah Afrika lainnya.
Kopi Liberika dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19. Kopi ini dikembangkan untuk menggantikan tanaman Arabika yang terserang wabah penyakit karat daun atau Hemelia vastatrixi (HV). Namun upaya tersebut kurang berhasil karena tanaman kopi Liberika mengalami hal yang sama.
Saat ini kopi Liberika ditanam secara terbatas di negara-negara Afrika dan Asia. Secara global produksinya jauh di bawah Arabika dan Robusta. Di Indonesia kopi Liberika bisa ditemukan di daerah Jambi dan Bengkulu. Sebagian besar hasil produksi Liberika dari tempat tersebut di ekspor ke Malaysia.
Daya tahan kopi Liberika terhadap penyakit karak daun lebih baik dibanding Arabika namun tidak setahan kopi Robusta. Tanaman kopi ini kurang disukai petani karena rendemen hasil pengolahan buahnya rendah.
Kopi Liberika merupakan tanaman endemik Afrika. Penyebarannya meliputi Liberia, Burkina Faso, Pantai Gading, Gabon, Gambia, Gana, Maurtania, Nigeria, Uganda, Kamerun hingga Anggola. Liberika banyak dibudidayakan di Indonesia, Malaysia, Filipina, Afrika Barat, Guyana dan Suriname. Selain itu secara terbatas dibudidayakan juga di Mauritius, India, Srilangka, Thailand, Taiwan, Vietnam dan Timor-timur.
Pada awalnya tanaman ini digolongkan ke dalam spesies yang sama dengan kopi Robusta dengan nama ilmiah Coffea canephora var. Liberica. Namun pengelompokkan terbaru menyatakannya sebagai spesies tersendiri dengan nama Coffea liberica. Karena secara morfologi dan sifat-sifat lainnya berbeda dengan Robusta. Selain kopi Liberika, terdapat varietas lain dalam spesies Coffea liberica yakni kopi Excelsa dengan nama ilmiah Coffea Liberica var. Dewevrei.
Buah kopi Liberika memiliki ukuran cukup besar. Bentuknya bulat hingga lonjong dengan panjang sekitar 18-30 mili meter. Dalam satu buah terdapat 2 biji kopi yang masing-masing memiliki panjang sekitar 7-15 mili meter. Di antara jenis kopi budidaya lainnya, Liberika memiliki ukuran buah paling besar.
Namun, meski buahnya besar, bobot buah keringnya hanya 10 persen dari bobot basahnya. Sifat seperti ini kurang disukai para petani karena penyusutan bobot saat panen hingga buah siap olah cukup tinggi. Sehingga ongkos panen menjadi relatif lebih mahal. Keadaan ini yang membuat petani enggan mengembangkan jenis kopi Liberika.
Kopi Liberika tumbuh baik di daerah tropis dataran rendah dengan ketinggian 400-600 meter dari permukaan laut (mdpl). Namun tetap bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian 1200 mdpl. Suhu ideal pertumbuhannya ada pada kisaran 27-30 derajat celsius dengan curah hujan 1500-2500 mm per tahun.
Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik pada lahan yang tersinari penuh ataupun di bawah naungan pohon lain. Kopi Liberika juga memiliki toleransi tinggi pada tanah yang kurang subur. Jenis tanaman ini bisa tumbuh di atas tanah lempung hingga tanah berpasir serta tahan terhadap kekeringan maupun cuaca basah.
Varietas kopi Liberika tidak banyak, yang populer di antaranya Ardoniana dan Duvrei. Pada tahun 2014, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka) melepas spesies kopi liberika dengan nama varietas "Libtukom" kependekan dari Liberika Tunggal Komposit. Libtukom merupakan varietas Liberika pertama yang dianjurkan di Indonesia. Varietas Libtukom dikembangkan dari kopi Liberika yang ada di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi. Varietas ini memiliki keunggulan tahan hama karat daun, bisa ditanam di dataran rendah dan bisa ditanam di lahan marginal seperti tanah gambut.
Liberika varietas Libtukom memiliki kemiripan dengan Excelsa. Namun terdapat beberapa ciri yang membedakannya, yakni Libtukom memiliki daging buah yang tebal sedangkan Excelsa lebih tipis mirip Arabika. Selain itu pada pupus daunnya, Libtukom berwarna hijau hingga hijau kecoklatan, sedangkan Excelsa merah kecoklatan.
Kopi Liberika tidak banyak diperdagangkan di pasar internasional. Saat ini perdagangan kopi dunia didominasi oleh jenis Arabika sekitar 70 persen dan Robusta 28 persen, sisanya jenis Liberika dan Excelsa. Di wilayah Asia Tenggara, Liberika banyak disukai oleh konsumen di Malaysia. Kopi Liberika asal Indonesia sebagian besar diekspor ke sana, sisanya diperdagangkan secara lokal. Demikian dikutip dari jurnalbumi.com. (bersambung)

Komentar
Posting Komentar